Sabtu, 10 Januari 2015

Cerita Borobudur Tentang Jamu

Hari ini saya mendapat informasi menarik mengenai jamu. Saya yakin Anda pun pasti setuju bahwa jamu adalah warisan otentik, murni dari Indonesia. Tapi pernahkah Anda bertanya, apa buktinya bahwa jamu itu benar-benar dari Indonesia? Saya akan mencoba menjawab pertanyaan Anda.


Tentu Anda mengetahui candi Borobudur bukan? Mungkin banyak dari Anda bahkan sudah pernah menginjakkan kaki di candi terbesar di Indonesia yang pernah masuk nominasi tujuh keajaiban dunia itu. Lalu apa hubungannya dengan jamu? Fakta bahwa Borobudur adalah candi terbesar di Indonesia atau mungkin dunia tentu sudah biasa kita dengar, namun fakta bahwa di antara sekian banyak relief terdapat relief tentang jamu, pasti belum banyak yang tahu.


Seperti tulisan saya di atas, relief tentang jamu benar-benar ada di candi Borobudur. Relief Karmawibhangga panil 18 menggambarkan seorang laki-laki mendapat perawatan beberapa wanita, ada yang memijat kepalanya, memegang tangan dan kakinya. Orang-orang di sekitarnya tampak bersedih. Sedangkan pada panil 19 yang letaknya di dinding dasar candi bagian tenggara, terdapat relief yang menunjukkan adegan beberapa orang yang sedang memberikan pertolongan pada seorang laki-laki yang sedang sakit. Ada yang memijat kepalanya, menggosok perut serta dadanya, juga ada seseorang yang menumbuk jamu dan membawa obat. Di sampingnya terdapat adegan yang memperlihatkan suasana bersyukur atas kesembuhan seseorang.


Mungkin Anda juga menjadi penasaran mengapa kita menyebut 'jamu' dan bagaimana sejarahnya. Berikut hasil penelusuran saya. Menurut ahli bahasa Jawa Kuno, istilah “jamu” berasal dari singkatan dua kata bahasa Jawa Kuno yaitu “Djampi” dan “Oesodo”. Djampi berarti penyembuhan yang menggunakan ramuan obat-obatan atau doa-doa dan ajian-ajian sedangkan Oesodo berarti kesehatan. Pada abad pertengahan (15-16 M), istilah oesodo jarang digunakan. Sebaliknya istilah jampi semakin populer di antara kalangan keraton. Kemudian sebutan “jamu” mulai diperkenalkan kepada publik oleh “dukun” atau tabib pengobat tradisional.


Ya, benar sekali, relief candi Borobudur inilah yang membuktikan bahwa jamu adalah asli dari Indonesia. Selain candi, banyak prasasti dan peninggalan sejarah lain yang menguatkan bukti ini. Tapi memang data prasasti tidak langsung menyebut tentang masalah kesehatan, melainkan hanya nama-nama profesi yang dapat dihubungkan dengan kesehatan. Dari data prasasti yang dikeluarkan pada sekitar abad XIV–XV M, terdapat nama-nama yang berhubungan dengan profesi kesehatan. Prasasti tersebut yaitu prasasti Balawi, Sidoteka, Bendosari, Biluluk, dan Madhawapura. Jika Anda tertarik, Anda dapat mengunjungi laman ini http://ijemherbal.com/artikel-artikel-herbal/jenis-pengobatan-pada-relief-candi/


Adanya relief jamu tersebut, menjadi daya tarik tersendiri, salah satunya pada produk jamu raksasa PT Jamu Jago sebagai penyelenggara pemilihan Ratu Jamu Gendhong Indonesia. Grand final kontes tersebut pada tahun 2014 diselenggarakan di candi Borobudur, dan dihadiri para grand finalis sejumlah 22 orang dari kategori 18-35 tahun dan 37-55 tahun. Kontestasi yang bertujuan menggalakkan kembali budaya minum jamu terutama di kalangan generasi muda ini mendapatkan penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) sebagai kegiatan unik yang belum pernah terjadi di Indonesia maupun dunia.


Makin percaya kan kalau leluhur kita luar biasa? 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar